• Twitter
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • Youtube

Wednesday, September 26, 2018

Statistika dan Liberal Arts




PEMBAHASAN

      A.    Sepintas tentang Liberal Arts
Istilah Liberal Arts berasal dari kata artes liberales yang sering digunakan di Eropa pada abad pertengahan. Ini bukan berarti sama dengan ‘seni’ yang dipahami pada zaman sekarang, namun lebih mengacu pada cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah pada waktu itu.
Hal ini disebut liberal (Latin: liber, bebas), karena mereka ditujukan untuk melatih kecerdasan dari orang bebas, sebagai anti tesis dari artes illiberales, yang digunakan untuk kepentingan ekonomi. Liberal Arts bukan digunakan untuk mencari nafkah, namun untuk mempelajari sains.
Moore (1998b) mencirikan liberal arts sebagai aplikasi yang fleksibel dan luas terhadap cara berpikir. Menurut Pinker (1997) bahwa liberal arts adalah alat intelektual yang dapat diaplikasikan dalam setiap bidang. Faktanya, dua konsep (statistics dan liberal arts) yang agak berbeda sudah diubah dan dikombinasikan dalam cara yang kompleks. Sifat konsepsi ini dengan elegant ditemukan dalam buku Bruce A.Kimball (1995) yang berjudul: Orators and Philosophers : A History of the Idea of Liberal Education.
Kedua tradisi ini bermula dari zaman purbakala dari penjelmaan pemikiran Socrates dan Cisero. Filosof seperti Socrates adalah pencari kebenaran. Dalam tradisi filosofis, liberal arts mendorong pemikiran skeptis dan analitis, tidak batasi oleh sebuah standar secara apriori. Setiap kesimpulan bertanggung jawab kepada tantangan yang berkelanjutan. Metode (bukan kesimpulan) adalah inti (core) dari pengetahuan liberal. Penganut dari tradisi ini “mencari sebuah metode rasional yang persis untuk mendapatkan pengetahuan,dan cenderung menghargai matematika, logika, dan ilmu alam” sebagai hati (inti) dari liberal atrs (Kimball, 1995).
Orator memiliki penekanan yang sedikit berbeda. Mereka berpikir bahwa liberal arts melengkapi warga Negara untuk memimpin masyarakat. Mreka tidak seperti filosof (intinya individualistis), masalah public tidak pernah jauh dari pemikiran para orator. Mereka percaya bahwa terdapat kebenaran yang diketahui dan standar tetap dari kebijakan personal dan warga Negara yang dijelaskan dalam teks resmi. Dengan demikian, tugas dari pendidikan liberal adalahmenginformasikan kepada mahasiswa tentang kebijakan, bukan dari tradisi Socrates, untuk mengajar pembelajar(mahasiswa) bagaimana mencari kebenaran.

B.  Sekilas tentang Statistika

Berpikir bahwa statistika adalah liberal arts memiliki konsekuensi atau implikasi pada pengajaran, termasuk pada pengajar dengan orientasi tujuan dalam industry. The American Society for Quality (Moore, 1988a) mengatakan bahwa pemikiran statistis adalah sebuah filosofi belajar dan bertindak berdasar pada prinsip fundamental berikut :
1.                  Semua pekerjaan adalah sebuah sistem dari proses yang saling terkait.
2.                  Variasi terjadi dalam semua proses.
3.                  Mengerti dan mengurangi variasi adalah kunci sukses.
Namun, Hahn dan Hoerl (1998) menjelaskan bahwa lingkungan dalam industri seperti “statistika tanpa statistikawan”, dan hampir sama juga dilingkungan akademik.
            Selanjutnya , Tiro (2013) menyatakan bahwa salah satu alat yang penting dan sering digunakan dalam pengendalian proses statistis adalah peta kendali. Penggunaan peta kendali memainkan peranan yang yang besar dalam dunia industry masa kini. Peta kendali merupakan teknik yang telah terbukti berguna meningkatkan keproduktifan, keefektifan dalam pencegahan produk yang cacat, memberikan informasi diagnostik dan informasi tentang kemampuan proses. Secara garis besar, peta kendali dibagi menjadi dua, yaitu :
(1)               peta kendali untuk pemeriksaan atribut yang terdiri dari peta-p, peta np, peta-c, dan peta-u
(2)               peta kendali untuk pemeriksaan peubah (variables yang terdiri dari peta x-bar dan R, peta x-bar dan S.

peta kendali yang sangat efektif untuk mendeteksi pergeseran kecil pada parameter proses diantaranya Peta Kendali Rerata Bergerak Geometri (Geometric Moving Average = GMA) atau peta kendali Shewhart standard dan peta kendali Cumulative Sum (CUSUM). Untuk mendeteksi pergeseran proses yang melibatkan proses ciri lebih dari satu dibutuhkan peta kendali multivariate yang tepat, salah satunya adalah peta kendali multivariate Shewhart atau peta multivariate CUSUM.
Statistika adalah metode intelektual umum yang diaplikasikan apabila kita berhadapan dengan data, variasi, dan peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Statistika juga sebagai metode fundamental karena data, variasi, dan peristiwa kebetulan adalah terjadi dimana-mana dalam kehidupan modern. Statistika juga adalah sebuah disiplin yang memiliki ide inti sendiri, dan bukan, bagian dari matematika. Hal ini dibicarakan panjang lebar dalam Moore (1988an).
            John Wilder Tukey (McCullagh, 2002) berpendapat bahwa statistika bukan cabang dari matematika atau matematika terapan, tetapi bagian integral dari ilmu. Kemudian, Tukey mengatakan bahwa fisika, kimia dan ekonomi metodenya gagal menguji pengalaman (tidak juga menguji logika) sehingga diabaikan. Pandangan Tukey ini dipengaruhi oleh latar belaang pendidikan dan pengalamannya. Ia seorang statistikawan terkenal, namun pendidikan sarjana dan magisternya adalah kimia, dan doktornya dalam bidang matematika.
            David cox (Mallow, 2006) ditanya untuk mengidentifikasi “apa itu statistika”, jawabannya adalah disiplin dengan studi variabilitas, studi ketidakpastian, dan studi pengambilan keputusan dalam situasi ketidakpastian. Ia tampaknya mengatakan bahwa apa yang dipelajari statistikawan adalah metodologi, jauh dari aplikasi. Mallow (2006) sendiri mengatakan bahwa perhatian statistika adalah hubungan data kuantitatif dengan masalah dunia nyata, sering dalam kehadiran variabilitas dan ketidakpastian.
            Rossman, Chance, dan Medina (2006) menekankan bahwa statistika adalah sebuah bidang studi, bukan hanya cabang dari bilangan. Walaupun statistika menggunakan banyak matematika, ia adalah disiplin terpisah dan bukan cabang dari matematika. Statistika dalah ilmu untuk mendapatkan pemahaman dari data.
            Salsburg (2001) dalam karyanya dengan judul “the Lady Tasting Tea” menyatakan bahwa matematika berpikir deduktif-deterministik (dari umum ke khusus), sedangkan statistika berpikir induktif-probabilistik atau stokastik (dari khusus ke umum).
            Shaughnessy (2006) dalam artikelnya dengan judul: Research on Students’ Understanding of Some Big Concepts in Statistics, menyatakan bahwa statistika memiliki alat dan cara berpikir sendiri, dan statistikawan yang terus menerus mengajarkan matematika menyadari bahwa statistika bukan matematika, bukan juga cabang matematika. Kenyataannya, statistika adalah disiplin terpisah dengan cara berpikir sendiri yang unik dan alatnya sendiri untuk mendekati masalah.
            Pemikiran statistis sangat sesuai dengan paradigm filosof. Statistika dipikirka sebagai liberal arts juga membagi aspek tradisi orator. Tepatnya karena data, variasi, dan peristiwa kebetulan juga terdapat secara luas dalam masyarakat modern, sehingga pemikiran statistis memiliki hal yang sama pada persiapan warga Negara untuk berkomunikasi.
            Satu dari prinsip terpenting untuk pengajaran statistika adalah nilai dari contoh yang baik. Bekerja dengan data adalah seni (arts) dan juga ilmu (science). Dalam hal ini belajar statistika sama seperti belajar memainkan musik, satu subjek lain dimana mahasiswa mengembangkan kebijaksanaan praktis dan penilaian kritis melalui konteks dan contoh. Musikawan memainkan piano dan statistikawan memeriksa kembali data klasik yang disajikan oleh ahli.
            Mustafid (2013) mengatakan bahwa pemikiran statistis (statistical thinking) merupakan proses berfilosofi yang sangat mendasar dalam membuat inovasi. Bagi masyarakat bisnis dan industry yang telah menjiwai statistika, maka statistika telah menyatu dengan masyarakat. Salah satu contoh adalah masyarakat jepang, yang telah menerapkan statistika dalam pengembangan dunia bisnis dan industri. Pengembangan industry di Jepang tidak lepas dari peran ahli statistika Amerika Serikat yang bernama W. Edward Deming. Deming telah mengajar perusahaan jepang untuk menerapkan statistika dan pemikiran statistis sebagai landasan untuk pendekatan sistematis dalam mengukur dan meningkatkan mutu, keefisienan, keproduktifan, sebagai kinerja bisnis dan industri. Hal ini mengingatkan kita akan ucapan Herbert George Wells bahwa: statistical thinking will one day be us necessary for efficient citizenship as the ability to read and to write (Simpson & Kafka, 1957).
            Sebagai narasumber pada seminar Nasional Statistika di Universitas Diponegoro, Yahya (2013) menjelaskan perkembangan pemanfaatan statistika. Ia mengatakan bahwa tidak ada bagian kehidupan yang tidak membutuhkan informasi statistis. Setiap proses membutuhkan data statistik secara terencana dengan kepastian tujuan dengan memperhitungkan sumber variasinya. Dengan berkembangnya teknologi informasi, misalnya internet, maka pelipat kandaan manfaat statitika making luar biasa dengan demikian kepekaan dan kemampuan berbikir statitis menjadi andalan dalam kehidupan.

C.     Pemikiran Statistis dalam Liberal Arts Bekerja

Tradisi orator mengharapkan bahwa liberal arts adalah cara pembudayaan berpikir yang menyiapkan warga negara berpartisipasi kepada masyarakat. Tidak ada seni (arts) yang cukup membantu ketika kita hilang, lapar atau berkonfrontrasi dengan tentara yang mengancam untuk mencederai kita. Barangkali, topik seksi saat ini dari evolusi psikologi dapat membantu kita memahami masalah ini. Pemikiran, kata evolusi  psikologi, adalah kumpulan organ komputasi, organ yang diadaptasi dari sukses produktif dalam African savannas dimana manusia menghabiskan kebanyakan evolusi sejarah kita. Wilson (1998) mengatakan bahwa otak adalah sebuah mesin yang dirakit untuk membuat kita bertahan (the brain is a machine assembled to survive).
Apa yang benar dari persepsi juga benar dari pemikiran konseptual, yaitu proses pemikiran kita yang dibentuk oleh lingkungan yang sangat berbeda dari yang sekarang kita diami. Dengan demikian, kita bertanggungjawab kepada ilusi bahwa masalah dapat diatasi hanya dengan belajar yang ditargetkan. Banyak statistikawan dapat memberikan kesaksian dari pengalaman bahwa orang mahir secara intelektual tidak oromatis mahir pada pemikiran statistis. Membaca grafik statistis adalah keterampilan dasar jika dibandingkan dengan pemikiran tentang peluang dan kausalitas (sebab-akibat). Kita perlu menyadari bahwa intuisi tentang peluang sering tidak sesuai dengan hukum peluang secara matematis.
Moore (1998) mengilustrasikan bahwa walau aspek sangat mendasar dari melek statistis (statistical literacy) memerlukan aturan dari lingkungan yang berbudaya. Eleman utama pemikiran statistis adalah klaim bahwa data melebihi catatan verbal (data beat anecdot). Pandangan ini sebenarnya adalah prinsip belajar, dan orang banyak dilalaikan oleh pendapatan umum. Dengan kata lain, belajar statistika berarti membuat data berbicara dan menawarkan penyelesaian masalah praktis yang dihadapi.
Pemikiran statistis adalah sebuah cara pandang dan penalaran tentang data, variasi, dan peristiwa kebetulan yang secara umum, mendasar, dan bebas. Penggunaan penalaran statistis yang efektif memerlukan pertimbangan masalah dan semangat (zeroth) interpretasi dari hasil formal dalam konteks ataulatar khusus. Pemikiran statitis adalah perlatan budaya, bukan bagian dari alat pemikiran alami. Ia dipelajari dari contoh pilihan yang baik, bukan dari deskripsi statistika sebagai liberal arts. Semua ini akanberimplikasi pada pengajaran statistika, walaupun ini bukan hal baru bagi statistikawan yang berpikir.
Apa yang baru bagi banyak statistikawan, khususnya yang bukan tenaga akademik, bahwa kita sekarang di Program Studi atau Jurusan Statistika bekerja selalu lebih baik dari sebelumnya, mulai dengan pengajaran sekarang lebih menekankan bekerja dengan data, merancang pengumuman data, penalaran dan mengatasi keterbatasan inferensi formal. Jadi, sekarang kita berpikir dalam pendidikan statistika sebagai liberal arts. Persuasi ini bukan hanya retorika. Tekanan yang mengubah kuliah pertama kita menjadi konkret. Teknologi memaksa kita untuk memusatkan perhatian pada apa yang tidak otomatis. Pembelajran statistika pendahuluan sudah secara gradual mengikuti kecendrungan sendiri dalam penelitian  yang menjauhi pemikiran matematis, kembali kepada data dan bekerja secara interdisipliner dengan pemahaman mendalam dari penelitian dalam pendidikan. Gafrield (2006) menyatakan bahwa hal ini yang mempengaruhi perilaku pengajaran di kelas. Apapun yang mengarahkan kekuatan, hasil adalah pengajaran dan pembelajaran yang memberikan perhatian lebih pada ide besar dan strategi umum untuk bekerja dengan data, variasi, dan peristiwa kebetulan.
 Moore (1988b) menjelaskan bahwa permulaan pembelajaran statistika seharusnya menjelaskan ide utama statistika (pentingnya data, terjadinya variasi dimana-mana, pengalaman lawan eksperimen) yang dapat secara benar dijelaskan sebagai alat intelektual yang dapat diaplikasikan secara luas. Beberapa hal penting dalam pembelajaran statistika dikemukakan sebagai berikut.
1.    Penekanan pada elemen pemikiran statistis, yaitu:
a)      Perlunya data
b)      Pentingnya pengumpulan data
c)      Terjadinya variasi dimana-mana
d)      Pengukuran dan pemodelan variabilitas
2.    Libatkan lebih banyak data dan konsep, lebih sedikit resep dan penurunan rumus. Apabila mungkin, perhitungan  dan grafik otomatis perlu dipromosikan.
3.    Kuliah pendahuluan seharusnya :
a)      Berdasar pada data riil (tidak harus realistis)
b)      Tekankan konsep statistis, misalnya sebab akibat melawan hubungan (asosiasi), eksperimen melawan pengamatan, data longitudinal melawan data cross-sectional,
c)      Bergantung pada komputer dari pada rumus perhitungan,
d)      Perlakuan turunan formal sebagai kepentingan urutan kedua
4.    Kembangkan belajar aktif, melalui alternatif pengajaran berikut:
a)      Pemecahan masalah dan diskusi kelompok
b)      Latihan laboratorium,
c)      Demonstrasi berdasar data yang diambil dari kelas,
d)      Presentasi tertulis dam presentasi bicara, projek individu atau kelompok.
Banyak yang dapat dikatakan tentang bagaimana kita membangun pemikiran statistis kepada ratusan ribu anak yang lain belajar satu dan hanya satu mata kuliah atau memlalui pelatihan yang setara. Mempercayai imaginasi kita dapat mengatakan bahwa kita masi sangat berpikiran sempit. Namun, pengajaran kita sudah bergerak kearah yang benar. Kita masig sering mengambil ide besar apa adanya dalamn ketergesaan kita menyajikan materi yang bersifat teknis.  Kita sering mengabaikan dosa mahluk hidup yang mengabaian perbedaan antara mengamatan dan eksperimen. Tetapi dosa kecil tersisa, yaitu kita memberikan sedikit waktu untuk membangun pemikiran dan penalaran melalui pengalaman pada aspek lebih luas dari penalaran statistis dengan menjawab pertanyaan seperti:
1.      Dalam hal apa dan bagaimana aplikasi data mengalahkan aplikasi data mengalahkan catatan verbal ?
2.      Apakah pertanyaan yang benar ?
3.      Apakah jawaban masuk akal ?
4.      Dapatkan anda membaca grafik ?
5.      Apakah anda menyaring omong kosong kuantitatif?
Setiap statistikawan yang berpikir dapat mengingat contoh yang mendemonstrasikan bahwa pemikiran bukan isu teknis, dan juga tidak sederhana. Berpikir statis sebagai liberal arts membantu kita menyeimbangkan keahlihan teknis yang penting dan yang akan mengembangkan pemikiran dan keterampilan sehingga tidak membatasi kita
Akibatnya, kuliah pertama dalam statistika tidak semata-mata bermaksud mengembangkan statistikawan. Kita semua sepakat untuk bergerak menuju data real dan penalaran tentang masa real dalam pengajaran permulaan. Mungkin mengembangkan statitikawan menyisahkan proitas kepada beberapa orang bijaksana, walaupun dalam mata kuliah pertama. Jadi pengajaran statitika menekankan pada pemikiran dan penalaran statistis. Namun prosedur teknis tetap penting, dan ini dapat dilakukan oleh computer dengan paket program statistika yang ada, sepert SAS, SPSS, Minitab, eview dan lainnya

D.    Hubungan selanjutnya statistika dalam liberal arts
Mengapa semua ini menjadi masalah pada statistikawan ? karena masa depan memakmurkan disiplin  statistika bergantung pada keinginan kita untuk mengambil pandangan luas” statistika ada di antara liberal arts” bayanagan liberal arts dengan bebas bukan professional. Kita memilih penekanan pada pentingnya apa yang disajikan ketika mengajar ratusan ribu mahasiswa yang hannya mengambil satu dan hanya satu kuliha statistika tetapi memiliki pesan dan pandangan yang lebih luas
misalnya, kita bertanya apakah statistika akan dibanjiri Teknologi sehingga kita menjadi sebuah cabang kecil. Mungkin saja kita membatasi dan memusatkan perhatian hanya pada isu teknis. Perlunya mempertimbangkan statistika sebagai liberal arts adalah mengingatkan kita bahwa kita tidak perlu cemas. Satu dari pelajaran terjelas dari upaya mengaplikasikan  teknologi pada pengajaran dan pembelajaran dan kita dapat mengaplikasikan dengan cara lebih umum. Jika kita menggunakan teknololgi hanya membawa sesuatu yang sama (tua) , kita mendapat hasil yang sama tuanya untuk mendapat hasil yang berbeda, kita harus menambah pemikiran baru pada teknologi baru. Alasannya memberdayakan teknologi dan membangkitkan pemikiran.
Gambaran liberal arts menekankan bahwa statistika melibatkan pemikiran. Karna statistika melibatkan cara pemikiran yang kuat dan berbeda, dan kita tidak akan menyerapkan hanya dengan teknologi informasi. Refolusi perhitungan/komunikasi menyajikan setiap orang dengan massa informasi dengan sangat besar dan sangat beraturan. Memkiran statis menawarkan alat mental yang sederhana namun tidak intutif untuk menghias massa, mengatur yang tidak teratur, memilih sedikit yang relefan  dari banyak yang tidak relefan. Apa selanjutnya, setiap refolosi pemikiran beriplikasi bahwa kita menghadapi masalah baru. Masalah baru memerlukan cara penalaran yang umum dan fleksibel. Statistika sebagai liberal arts dalam jangka lebih panjang adalah bentuk disiplin yang paling berguna dan paling praktis.

Referensi

*                             Tiro, Muhammad arif & suwardi A.2014.Fisafat statistika.Makassar:Andira Publisher.

*                            Fardiansya, Randy.2014.mengenal betapa pentingnya liberal arts. Diambil dari                                            https://abangkecil03.wordpress.com/.(15 Maret 2017).

*      Ptikeupj.Pendidikan Liberal Arts. Diambil dari: https://liberalartsptik.wordpress.com/2014/12/19/pendidikan-liberal-arts/.(15 Maret 2017


0 Komentar:

Post a Comment

Contact

Get in touch with me


Adress/Street

12 Street West Victoria 1234 Australia

Phone number

+(12) 3456 789

Website

www.johnsmith.com