PEMBAHASAN
A. Sepintas
tentang Liberal Arts
Istilah Liberal Arts
berasal dari kata artes liberales yang sering digunakan di Eropa pada abad
pertengahan. Ini bukan berarti sama dengan ‘seni’ yang dipahami pada zaman
sekarang, namun lebih mengacu pada cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di
sekolah pada waktu itu.
Hal ini disebut liberal
(Latin: liber, bebas), karena mereka ditujukan untuk melatih kecerdasan dari
orang bebas, sebagai anti tesis dari artes illiberales, yang digunakan untuk
kepentingan ekonomi. Liberal Arts bukan digunakan untuk mencari nafkah, namun
untuk mempelajari sains.
Moore (1998b)
mencirikan liberal arts sebagai aplikasi yang fleksibel dan luas terhadap cara
berpikir. Menurut Pinker (1997) bahwa liberal
arts adalah alat intelektual yang dapat diaplikasikan dalam setiap bidang.
Faktanya, dua konsep (statistics dan liberal arts) yang agak berbeda sudah
diubah dan dikombinasikan dalam cara yang kompleks. Sifat konsepsi ini dengan
elegant ditemukan dalam buku Bruce A.Kimball (1995) yang berjudul: Orators and
Philosophers : A History of the Idea of Liberal Education.
Kedua tradisi ini
bermula dari zaman purbakala dari penjelmaan pemikiran Socrates dan Cisero. Filosof
seperti Socrates adalah pencari kebenaran. Dalam tradisi filosofis, liberal
arts mendorong pemikiran skeptis dan analitis, tidak batasi oleh sebuah standar
secara apriori. Setiap kesimpulan bertanggung jawab kepada tantangan yang
berkelanjutan. Metode (bukan kesimpulan) adalah inti (core) dari pengetahuan
liberal. Penganut dari tradisi ini “mencari sebuah metode rasional yang persis
untuk mendapatkan pengetahuan,dan cenderung menghargai matematika, logika, dan
ilmu alam” sebagai hati (inti) dari liberal atrs (Kimball, 1995).
Orator memiliki
penekanan yang sedikit berbeda. Mereka berpikir bahwa liberal arts melengkapi warga Negara untuk memimpin masyarakat.
Mreka tidak seperti filosof (intinya individualistis), masalah public tidak
pernah jauh dari pemikiran para orator. Mereka percaya bahwa terdapat kebenaran
yang diketahui dan standar tetap dari kebijakan personal dan warga Negara yang
dijelaskan dalam teks resmi. Dengan demikian, tugas dari pendidikan liberal
adalahmenginformasikan kepada mahasiswa tentang kebijakan, bukan dari tradisi
Socrates, untuk mengajar pembelajar(mahasiswa) bagaimana mencari kebenaran.
B. Sekilas
tentang Statistika
Berpikir bahwa
statistika adalah liberal arts
memiliki konsekuensi atau implikasi pada pengajaran, termasuk pada pengajar
dengan orientasi tujuan dalam industry. The
American Society for Quality (Moore, 1988a) mengatakan bahwa pemikiran
statistis adalah sebuah filosofi belajar dan bertindak berdasar pada prinsip
fundamental berikut :
1.
Semua pekerjaan adalah sebuah sistem dari
proses yang saling terkait.
2.
Variasi terjadi dalam semua proses.
3.
Mengerti dan mengurangi variasi adalah
kunci sukses.
Namun, Hahn dan Hoerl (1998)
menjelaskan bahwa lingkungan dalam industri seperti “statistika tanpa
statistikawan”, dan hampir sama juga dilingkungan akademik.
Selanjutnya
, Tiro (2013) menyatakan bahwa salah satu alat yang penting dan sering
digunakan dalam pengendalian proses statistis adalah peta kendali. Penggunaan
peta kendali memainkan peranan yang yang besar dalam dunia industry masa kini.
Peta kendali merupakan teknik yang telah terbukti berguna meningkatkan
keproduktifan, keefektifan dalam pencegahan produk yang cacat, memberikan
informasi diagnostik dan informasi tentang kemampuan proses. Secara garis
besar, peta kendali dibagi menjadi dua, yaitu :
(1)
peta kendali untuk pemeriksaan atribut
yang terdiri dari peta-p, peta np, peta-c, dan peta-u
(2)
peta kendali untuk pemeriksaan peubah
(variables yang terdiri dari peta x-bar dan R, peta x-bar dan S.
peta kendali yang sangat efektif
untuk mendeteksi pergeseran kecil pada parameter proses diantaranya Peta
Kendali Rerata Bergerak Geometri (Geometric
Moving Average = GMA) atau peta kendali Shewhart
standard dan peta kendali Cumulative Sum (CUSUM). Untuk mendeteksi
pergeseran proses yang melibatkan proses ciri lebih dari satu dibutuhkan peta
kendali multivariate yang tepat,
salah satunya adalah peta kendali multivariate
Shewhart atau peta multivariate CUSUM.
Statistika adalah
metode intelektual umum yang diaplikasikan apabila kita berhadapan dengan data,
variasi, dan peristiwa yang terjadi secara kebetulan. Statistika juga sebagai
metode fundamental karena data, variasi, dan peristiwa kebetulan adalah terjadi
dimana-mana dalam kehidupan modern. Statistika juga adalah sebuah disiplin yang
memiliki ide inti sendiri, dan bukan, bagian dari matematika. Hal ini
dibicarakan panjang lebar dalam Moore (1988an).
John
Wilder Tukey (McCullagh, 2002) berpendapat bahwa statistika bukan cabang dari
matematika atau matematika terapan, tetapi bagian integral dari ilmu. Kemudian,
Tukey mengatakan bahwa fisika, kimia dan ekonomi metodenya gagal menguji
pengalaman (tidak juga menguji logika) sehingga diabaikan. Pandangan Tukey ini
dipengaruhi oleh latar belaang pendidikan dan pengalamannya. Ia seorang
statistikawan terkenal, namun pendidikan sarjana dan magisternya adalah kimia,
dan doktornya dalam bidang matematika.
David
cox (Mallow, 2006) ditanya untuk mengidentifikasi “apa itu statistika”,
jawabannya adalah disiplin dengan studi variabilitas, studi ketidakpastian, dan
studi pengambilan keputusan dalam situasi ketidakpastian. Ia tampaknya
mengatakan bahwa apa yang dipelajari statistikawan adalah metodologi, jauh dari
aplikasi. Mallow (2006) sendiri mengatakan bahwa perhatian statistika adalah
hubungan data kuantitatif dengan masalah dunia nyata, sering dalam kehadiran
variabilitas dan ketidakpastian.
Rossman,
Chance, dan Medina (2006) menekankan bahwa statistika adalah sebuah bidang studi,
bukan hanya cabang dari bilangan. Walaupun statistika menggunakan banyak
matematika, ia adalah disiplin terpisah dan bukan cabang dari matematika.
Statistika dalah ilmu untuk mendapatkan pemahaman dari data.
Salsburg
(2001) dalam karyanya dengan judul “the Lady Tasting Tea” menyatakan bahwa
matematika berpikir deduktif-deterministik (dari umum ke khusus), sedangkan
statistika berpikir induktif-probabilistik atau stokastik (dari khusus ke
umum).
Shaughnessy
(2006) dalam artikelnya dengan judul: Research on Students’ Understanding of
Some Big Concepts in Statistics, menyatakan bahwa statistika memiliki alat dan
cara berpikir sendiri, dan statistikawan yang terus menerus mengajarkan
matematika menyadari bahwa statistika bukan matematika, bukan juga cabang
matematika. Kenyataannya, statistika adalah disiplin terpisah dengan cara
berpikir sendiri yang unik dan alatnya sendiri untuk mendekati masalah.
Pemikiran
statistis sangat sesuai dengan paradigm filosof. Statistika dipikirka sebagai liberal arts juga membagi aspek tradisi
orator. Tepatnya karena data, variasi, dan peristiwa kebetulan juga terdapat
secara luas dalam masyarakat modern, sehingga pemikiran statistis memiliki hal
yang sama pada persiapan warga Negara untuk berkomunikasi.
Satu
dari prinsip terpenting untuk pengajaran statistika adalah nilai dari contoh
yang baik. Bekerja dengan data adalah seni (arts) dan juga ilmu (science).
Dalam hal ini belajar statistika sama seperti belajar memainkan musik, satu subjek
lain dimana mahasiswa mengembangkan kebijaksanaan praktis dan penilaian kritis
melalui konteks dan contoh. Musikawan memainkan piano dan statistikawan
memeriksa kembali data klasik yang disajikan oleh ahli.
Mustafid
(2013) mengatakan bahwa pemikiran statistis (statistical thinking) merupakan
proses berfilosofi yang sangat mendasar dalam membuat inovasi. Bagi masyarakat
bisnis dan industry yang telah menjiwai statistika, maka statistika telah
menyatu dengan masyarakat. Salah satu contoh adalah masyarakat jepang, yang
telah menerapkan statistika dalam pengembangan dunia bisnis dan industri.
Pengembangan industry di Jepang tidak lepas dari peran ahli statistika Amerika
Serikat yang bernama W. Edward Deming. Deming telah mengajar perusahaan jepang
untuk menerapkan statistika dan pemikiran statistis sebagai landasan untuk
pendekatan sistematis dalam mengukur dan meningkatkan mutu, keefisienan,
keproduktifan, sebagai kinerja bisnis dan industri. Hal ini mengingatkan kita
akan ucapan Herbert George Wells bahwa: statistical thinking will one day be us
necessary for efficient citizenship as the ability to read and to write
(Simpson & Kafka, 1957).
Sebagai
narasumber pada seminar Nasional Statistika di Universitas Diponegoro, Yahya
(2013) menjelaskan perkembangan pemanfaatan statistika. Ia mengatakan bahwa
tidak ada bagian kehidupan yang tidak membutuhkan informasi statistis. Setiap
proses membutuhkan data statistik secara terencana dengan kepastian tujuan
dengan memperhitungkan sumber variasinya. Dengan berkembangnya teknologi
informasi, misalnya internet, maka pelipat kandaan manfaat statitika making
luar biasa dengan demikian kepekaan dan kemampuan berbikir statitis menjadi
andalan dalam kehidupan.
C.
Pemikiran
Statistis dalam Liberal Arts Bekerja
Tradisi
orator mengharapkan bahwa liberal arts adalah cara pembudayaan berpikir yang
menyiapkan warga negara berpartisipasi kepada masyarakat. Tidak ada seni (arts)
yang cukup membantu ketika kita hilang, lapar atau berkonfrontrasi dengan
tentara yang mengancam untuk mencederai kita. Barangkali, topik seksi saat ini
dari evolusi psikologi dapat membantu kita memahami masalah ini. Pemikiran,
kata evolusi psikologi, adalah kumpulan
organ komputasi, organ yang diadaptasi dari sukses produktif dalam African
savannas dimana manusia menghabiskan kebanyakan evolusi sejarah kita. Wilson
(1998) mengatakan bahwa otak adalah sebuah mesin yang dirakit untuk membuat
kita bertahan (the brain is a machine assembled to survive).
Apa
yang benar dari persepsi juga benar dari pemikiran konseptual, yaitu proses
pemikiran kita yang dibentuk oleh lingkungan yang sangat berbeda dari yang
sekarang kita diami. Dengan demikian, kita bertanggungjawab kepada ilusi bahwa
masalah dapat diatasi hanya dengan belajar yang ditargetkan. Banyak
statistikawan dapat memberikan kesaksian dari pengalaman bahwa orang mahir
secara intelektual tidak oromatis mahir pada pemikiran statistis. Membaca
grafik statistis adalah keterampilan dasar jika dibandingkan dengan pemikiran
tentang peluang dan kausalitas (sebab-akibat). Kita perlu menyadari bahwa
intuisi tentang peluang sering tidak sesuai dengan hukum peluang secara
matematis.
Moore
(1998) mengilustrasikan bahwa walau aspek sangat mendasar dari melek statistis
(statistical literacy) memerlukan aturan dari lingkungan yang berbudaya. Eleman
utama pemikiran statistis adalah klaim bahwa data melebihi catatan verbal (data
beat anecdot). Pandangan ini sebenarnya adalah prinsip belajar, dan orang
banyak dilalaikan oleh pendapatan umum. Dengan kata lain, belajar statistika
berarti membuat data berbicara dan menawarkan penyelesaian masalah praktis yang
dihadapi.
Pemikiran
statistis adalah sebuah cara pandang dan penalaran tentang data, variasi, dan
peristiwa kebetulan yang secara umum, mendasar, dan bebas. Penggunaan penalaran
statistis yang efektif memerlukan pertimbangan masalah dan semangat (zeroth)
interpretasi dari hasil formal dalam konteks ataulatar khusus. Pemikiran
statitis adalah perlatan budaya, bukan bagian dari alat pemikiran alami. Ia
dipelajari dari contoh pilihan yang baik, bukan dari deskripsi statistika
sebagai liberal arts. Semua ini akanberimplikasi pada pengajaran statistika,
walaupun ini bukan hal baru bagi statistikawan yang berpikir.
Apa
yang baru bagi banyak statistikawan, khususnya yang bukan tenaga akademik,
bahwa kita sekarang di Program Studi atau Jurusan Statistika bekerja selalu
lebih baik dari sebelumnya, mulai dengan pengajaran sekarang lebih menekankan
bekerja dengan data, merancang pengumuman data, penalaran dan mengatasi
keterbatasan inferensi formal. Jadi, sekarang kita berpikir dalam pendidikan
statistika sebagai liberal arts. Persuasi ini bukan hanya retorika. Tekanan
yang mengubah kuliah pertama kita menjadi konkret. Teknologi memaksa kita untuk
memusatkan perhatian pada apa yang tidak otomatis. Pembelajran statistika
pendahuluan sudah secara gradual mengikuti kecendrungan sendiri dalam
penelitian yang menjauhi pemikiran
matematis, kembali kepada data dan bekerja secara interdisipliner dengan pemahaman
mendalam dari penelitian dalam pendidikan. Gafrield (2006) menyatakan bahwa hal
ini yang mempengaruhi perilaku pengajaran di kelas. Apapun yang mengarahkan
kekuatan, hasil adalah pengajaran dan pembelajaran yang memberikan perhatian
lebih pada ide besar dan strategi umum untuk bekerja dengan data, variasi, dan
peristiwa kebetulan.
Moore (1988b) menjelaskan bahwa permulaan
pembelajaran statistika seharusnya menjelaskan ide utama statistika (pentingnya
data, terjadinya variasi dimana-mana, pengalaman lawan eksperimen) yang dapat
secara benar dijelaskan sebagai alat intelektual yang dapat diaplikasikan
secara luas. Beberapa hal penting dalam pembelajaran statistika dikemukakan
sebagai berikut.
1.
Penekanan pada
elemen pemikiran statistis, yaitu:
a)
Perlunya data
b)
Pentingnya
pengumpulan data
c)
Terjadinya variasi
dimana-mana
d)
Pengukuran dan
pemodelan variabilitas
2.
Libatkan lebih
banyak data dan konsep, lebih sedikit resep dan penurunan rumus. Apabila
mungkin, perhitungan dan grafik otomatis
perlu dipromosikan.
3.
Kuliah pendahuluan
seharusnya :
a)
Berdasar pada data
riil (tidak harus realistis)
b)
Tekankan konsep
statistis, misalnya sebab akibat melawan hubungan (asosiasi), eksperimen
melawan pengamatan, data longitudinal
melawan data cross-sectional,
c)
Bergantung pada
komputer dari pada rumus perhitungan,
d)
Perlakuan turunan
formal sebagai kepentingan urutan kedua
4.
Kembangkan belajar
aktif, melalui alternatif pengajaran berikut:
a)
Pemecahan masalah
dan diskusi kelompok
b)
Latihan
laboratorium,
c)
Demonstrasi
berdasar data yang diambil dari kelas,
d)
Presentasi
tertulis dam presentasi bicara, projek individu atau kelompok.
Banyak
yang dapat dikatakan tentang bagaimana kita membangun pemikiran statistis
kepada ratusan ribu anak yang lain belajar satu dan hanya satu mata kuliah atau
memlalui pelatihan yang setara. Mempercayai imaginasi kita dapat mengatakan
bahwa kita masi sangat berpikiran sempit. Namun, pengajaran kita sudah bergerak
kearah yang benar. Kita masig sering mengambil ide besar apa adanya dalamn
ketergesaan kita menyajikan materi yang bersifat teknis. Kita sering mengabaikan dosa mahluk hidup
yang mengabaian perbedaan antara mengamatan dan eksperimen. Tetapi dosa kecil
tersisa, yaitu kita memberikan sedikit waktu untuk membangun pemikiran dan penalaran
melalui pengalaman pada aspek lebih luas dari penalaran statistis dengan
menjawab pertanyaan seperti:
1. Dalam
hal apa dan bagaimana aplikasi data mengalahkan aplikasi data mengalahkan
catatan verbal ?
2. Apakah
pertanyaan yang benar ?
3. Apakah
jawaban masuk akal ?
4. Dapatkan
anda membaca grafik ?
5. Apakah
anda menyaring omong kosong kuantitatif?
Setiap
statistikawan yang berpikir dapat mengingat contoh yang mendemonstrasikan bahwa
pemikiran bukan isu teknis, dan juga tidak sederhana. Berpikir statis sebagai
liberal arts membantu kita menyeimbangkan keahlihan teknis yang penting dan
yang akan mengembangkan pemikiran dan keterampilan sehingga tidak membatasi
kita
Akibatnya,
kuliah pertama dalam statistika tidak semata-mata bermaksud mengembangkan
statistikawan. Kita semua sepakat untuk bergerak menuju data real dan penalaran
tentang masa real dalam pengajaran permulaan. Mungkin mengembangkan
statitikawan menyisahkan proitas kepada beberapa orang bijaksana, walaupun
dalam mata kuliah pertama. Jadi pengajaran statitika menekankan pada pemikiran
dan penalaran statistis. Namun prosedur teknis tetap penting, dan ini dapat
dilakukan oleh computer dengan paket program statistika yang ada, sepert SAS,
SPSS, Minitab, eview dan lainnya
D. Hubungan
selanjutnya statistika dalam liberal arts
Mengapa
semua ini menjadi masalah pada statistikawan ? karena masa depan memakmurkan
disiplin statistika bergantung pada keinginan kita
untuk mengambil pandangan luas” statistika ada di antara liberal arts”
bayanagan liberal arts dengan bebas bukan professional. Kita memilih penekanan
pada pentingnya apa yang disajikan ketika mengajar ratusan ribu mahasiswa yang
hannya mengambil satu dan hanya satu kuliha statistika tetapi memiliki pesan
dan pandangan yang lebih luas
misalnya,
kita bertanya apakah statistika akan dibanjiri Teknologi sehingga kita menjadi
sebuah cabang kecil. Mungkin saja kita membatasi dan memusatkan perhatian hanya
pada isu teknis. Perlunya mempertimbangkan statistika sebagai liberal arts
adalah mengingatkan kita bahwa kita tidak perlu cemas. Satu dari pelajaran terjelas
dari upaya mengaplikasikan teknologi
pada pengajaran dan pembelajaran dan kita dapat mengaplikasikan dengan cara
lebih umum. Jika kita menggunakan teknololgi hanya membawa sesuatu yang sama
(tua) , kita mendapat hasil yang sama tuanya untuk mendapat hasil yang berbeda,
kita harus menambah pemikiran baru pada teknologi baru. Alasannya memberdayakan
teknologi dan membangkitkan pemikiran.
Gambaran
liberal arts menekankan bahwa statistika melibatkan pemikiran. Karna statistika
melibatkan cara pemikiran yang kuat dan berbeda, dan kita tidak akan
menyerapkan hanya dengan teknologi informasi. Refolusi perhitungan/komunikasi
menyajikan setiap orang dengan massa informasi dengan sangat besar dan sangat
beraturan. Memkiran statis menawarkan alat mental yang sederhana namun tidak
intutif untuk menghias massa, mengatur yang tidak teratur, memilih sedikit yang
relefan dari banyak yang tidak relefan.
Apa selanjutnya, setiap refolosi pemikiran beriplikasi bahwa kita menghadapi
masalah baru. Masalah baru memerlukan cara penalaran yang umum dan fleksibel.
Statistika sebagai liberal arts dalam jangka lebih panjang adalah bentuk
disiplin yang paling berguna dan paling praktis.
Referensi
Tiro, Muhammad
arif & suwardi A.2014.Fisafat
statistika.Makassar:Andira Publisher.
Fardiansya, Randy.2014.mengenal betapa
pentingnya liberal arts. Diambil dari https://abangkecil03.wordpress.com/.(15
Maret 2017).
0 Komentar:
Post a Comment